Nov 28, 2014

Tiga Pilar Pendidikan



       Kegiatan pendidikan tidak lepas dari peran keluarga,sekolah dan masyarakat yang disebut “tripusat” pendidikan. Maka kalau ingin pendidikan berjalan efektif dan memberikan hasil yang diharapkan, kita harus mengoptimalkan ketiga pilar tersebut didalam desain pendidikan kita.Kalau kita hanya menitikberatkan pada salah satu diantara ketiga , yakinlah bahwa kegiatan pendidikan tidak akan berjalan efektif dan bahkan mungkin akan gagal total. Disinilah letak keraguan terhadap program pendidikan karakter yang dicanangkan oleh pemerintah saat ini.
1.    Lingkungan Keluaarga
    Kita yakin bahwa keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter manusia.Lahirnya generasi-generasi terbaik bangsa, ataupun sebaliknya pribadi tanpa masa depan tidak lepas dari bentukan keluarga.Sebab dilingkungan keluarga fondasi karakter diletakkan, sketsa masa depan dirancang , benih kebaikan dan keburukan disemaikan.Lingkungan keluarga setiap manusia terlahir dan membawa fitrahnya dan menerima pendidikan pertama kalinya dimana orang tua menjadi figur yang paling berpengaruh bagi anak-anaknya .Sementara itu hasil pendidikan yang dicapai di lingkungan keluarga akan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan pendidikan berikutnya, yaitu sekolah dan masyarakat.
     Peran penting keluarga sebagai “sekolah” pertama ini tidak lepas dari fakta bahwa masa prasekolah adalah masa – masa keemasan (golden age ) bagi tumbuh kembang anak. Pada masa keemasan ini seorang anak akan dibekali kecerdasan otak yang sungguh menakjubkan .Dengan kecerdasan itu anak-anak merekam apa saja yang ia tangkap dari lingkungan sekitarnya.Rekaman itu akan diputar berulang-ulang di alam bawah sadarnya dan membentuk karakter dan kepribadian.Disinilah keluarga memainkan peran strategisnya sebagai sekolah yang pertama dan utama
2.    Lingkungan Masyarakat.
     Sebagai salah satu pilar pendidikan , masyarakat memainkan peran yang tidak kecil, Secara sederhana , kita dapat memperhitungkan peran itu dengan cara mengkalkulasi banyaknya waktu yang dihabiskan oleh seorang anak di tengah keluarga dan sekolah. Ketika menginjak usia remaja kebutuhan sosialnya meningkat , tempat favoritnya bisa jadi adalah tempat mereka berkumpul dengan bersama teman-temannya .Artinya pada masa ini keluarga mulai kehilangan perannya dalam pendidikan dalam pendidikan anak, digantikan oleh peran masyarakat.
Kini ‘masyarakat’ pun sudah merangsek masuk kedalam ruang-ruang privat keluarga melalui TV, game internet. HP.Artinya meskipun secara fisik anak-anak kita berada dalam rumah, secara batiniah bisa jadi mereka tengah berada didalam luar bersama komunitasnya.Kalau kita menginginkan kesuksesan program pendidikan karakter ,semua aspek tersebut mau tak mau harus dipertimbangkan . Selain mengoptimalkan peran keluarga dan sekolah masyarakat  juga harus kita berdayakan. Dalam kaitan ini menurut saya sangat relevan merevitalisasi konsep menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran.
     Kita sering melihat bahwa tingkat ketidakacuhan atau apatisme masyarakat saat ini sudah sangat mengkhawatirkan ,khususnya terhadap kemungkaran seperti ketidakadilan , kecurangan, kebohongan, kesemrawutan dan lain-lain. Munkin apatisme muncul karena rasa kecewa dan frustasi bertumpuk-tumpuk,yang disebakan oleh kenyataan bahwa harapan satu persatu kandas ditengah jalan. Tetapi bagaimana pun juga ,apatisme masyarakat terhadap berbagai kemungkaran yang terjadi didepan mata sangatlah berbahaya.
     Hanya dengan meningkatkan kepedulian dan kepekaan masyarakat terhadap segala bentuk kemungkaran inilah kita dapat mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang kondusif  bagi pembangunan karakter bangsa yang di cita-citakan.Tanpa itu masyarakat kita hanya akan menjadi tanah tercemar dan berbahaya bagi pertumbuhan tunas-tunas bangsa yang sesungguhnya membawa potensi serba baik dalam fitrah kemanusiaanya . Dan kondisi masyarakat yang tercemar akan kontra produktif dengan upaya kita menghidupkan kembali keluarga yang mati dan itu artinya proses pendidikan anak dalam keluarga akan menghadapi kendala yang serius.
3.    Lingkungan Sekolah
   Ketika sebuah bangsa menghadapi persoalan budaya, seperti terkikisnya budaya   lokal karena tergerus banjir budaya global , pendidikanlah yang paling mungkin diharapkan perananya. Pendidikan merupakan solusi yang bersifat preventif, sebab pendidikanlah salah satu usaha membangun generasi bangsa yang lebih baik. Melalui pendidikan , jati diri suatu bangsa yang terwujud dalam tradisi , budaya dan karakternya dapat terus dilestarikan dan diwariskan secara terus menerus. Melalui pendidikan pula suatu bangsa dapat meningkatkan kualitas SDM-nya dengan memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan yang memadai , yang memungkinkan untuk bersaing dengan bangsa lain dan kemudian memenangi persaingan itu.
   Kita paham semua bahwa pendidikan memilik fungsi ganda yaitu fungsi konservatif dan fungsi progresif.Fungsi konservatif pendidikan adalah fungsi yang bertujuan untuk mewariskan dan mempertahankan identitas ( nilai-nilai, tradisi, budaya , dan lain-lain) dan cita-cita suatu masyarakat.sedang fungsi progresif pendidikan adalah fungsi yang membekali generasi penerus dengan pengetahuan , nilai-nilai dan keterampilan sehingga mereka memiliki kemampuan dan kesiapan dalam menghadapi tantangan kehidupan masa depan.

ARSIP