Kegiatan pendidikan tidak lepas
dari peran keluarga,sekolah dan masyarakat yang disebut “tripusat” pendidikan.
Maka kalau ingin pendidikan berjalan efektif dan memberikan hasil yang
diharapkan, kita harus mengoptimalkan ketiga pilar tersebut didalam desain
pendidikan kita.Kalau kita hanya menitikberatkan pada salah satu diantara
ketiga , yakinlah bahwa kegiatan pendidikan tidak akan berjalan efektif dan
bahkan mungkin akan gagal total. Disinilah letak keraguan terhadap program
pendidikan karakter yang dicanangkan oleh pemerintah saat ini.
1.
Lingkungan Keluaarga
Kita yakin bahwa keluarga
memiliki peran penting dalam pembentukan karakter manusia.Lahirnya
generasi-generasi terbaik bangsa, ataupun sebaliknya pribadi tanpa masa depan
tidak lepas dari bentukan keluarga.Sebab dilingkungan keluarga fondasi karakter
diletakkan, sketsa masa depan dirancang , benih kebaikan dan keburukan
disemaikan.Lingkungan keluarga setiap manusia terlahir dan membawa fitrahnya
dan menerima pendidikan pertama kalinya dimana orang tua menjadi figur yang
paling berpengaruh bagi anak-anaknya .Sementara itu hasil pendidikan yang
dicapai di lingkungan keluarga akan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap
lingkungan pendidikan berikutnya, yaitu sekolah dan masyarakat.
Peran penting keluarga sebagai
“sekolah” pertama ini tidak lepas dari fakta bahwa masa prasekolah adalah masa
– masa keemasan (golden age ) bagi tumbuh kembang anak. Pada masa
keemasan ini seorang anak akan dibekali kecerdasan otak yang sungguh
menakjubkan .Dengan kecerdasan itu anak-anak merekam apa saja yang ia tangkap
dari lingkungan sekitarnya.Rekaman itu akan diputar berulang-ulang di alam
bawah sadarnya dan membentuk karakter dan kepribadian.Disinilah keluarga
memainkan peran strategisnya sebagai sekolah yang pertama dan utama
2.
Lingkungan Masyarakat.
Sebagai salah satu pilar pendidikan
, masyarakat memainkan peran yang tidak kecil, Secara sederhana , kita dapat
memperhitungkan peran itu dengan cara mengkalkulasi banyaknya waktu yang
dihabiskan oleh seorang anak di tengah keluarga dan sekolah. Ketika menginjak
usia remaja kebutuhan sosialnya meningkat , tempat favoritnya bisa jadi adalah
tempat mereka berkumpul dengan bersama teman-temannya .Artinya pada masa ini
keluarga mulai kehilangan perannya dalam pendidikan dalam pendidikan anak,
digantikan oleh peran masyarakat.
Kini ‘masyarakat’ pun sudah
merangsek masuk kedalam ruang-ruang privat keluarga melalui TV, game internet.
HP.Artinya meskipun secara fisik anak-anak kita berada dalam rumah, secara
batiniah bisa jadi mereka tengah berada didalam luar bersama komunitasnya.Kalau
kita menginginkan kesuksesan program pendidikan karakter ,semua aspek tersebut
mau tak mau harus dipertimbangkan . Selain mengoptimalkan peran keluarga dan
sekolah masyarakat juga harus kita
berdayakan. Dalam kaitan ini menurut saya sangat relevan merevitalisasi konsep
menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Kita sering melihat bahwa tingkat
ketidakacuhan atau apatisme masyarakat saat ini sudah sangat mengkhawatirkan
,khususnya terhadap kemungkaran seperti ketidakadilan , kecurangan, kebohongan,
kesemrawutan dan lain-lain. Munkin apatisme muncul karena rasa kecewa dan
frustasi bertumpuk-tumpuk,yang disebakan oleh kenyataan bahwa harapan satu
persatu kandas ditengah jalan. Tetapi bagaimana pun juga ,apatisme masyarakat
terhadap berbagai kemungkaran yang terjadi didepan mata sangatlah berbahaya.
Hanya dengan meningkatkan
kepedulian dan kepekaan masyarakat terhadap segala bentuk kemungkaran inilah
kita dapat mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang kondusif bagi pembangunan karakter bangsa yang di
cita-citakan.Tanpa itu masyarakat kita hanya akan menjadi tanah tercemar dan
berbahaya bagi pertumbuhan tunas-tunas bangsa yang sesungguhnya membawa potensi
serba baik dalam fitrah kemanusiaanya . Dan kondisi masyarakat yang tercemar
akan kontra produktif dengan upaya kita menghidupkan kembali keluarga yang mati
dan itu artinya proses pendidikan anak dalam keluarga akan menghadapi kendala
yang serius.
3.
Lingkungan Sekolah
Ketika sebuah bangsa menghadapi
persoalan budaya, seperti terkikisnya budaya lokal karena tergerus banjir
budaya global , pendidikanlah yang paling mungkin diharapkan perananya.
Pendidikan merupakan solusi yang bersifat preventif, sebab pendidikanlah salah
satu usaha membangun generasi bangsa yang lebih baik. Melalui pendidikan , jati
diri suatu bangsa yang terwujud dalam tradisi , budaya dan karakternya dapat
terus dilestarikan dan diwariskan secara terus menerus. Melalui pendidikan pula
suatu bangsa dapat meningkatkan kualitas SDM-nya dengan memberikan bekal
pengetahuan dan keterampilan yang memadai , yang memungkinkan untuk bersaing
dengan bangsa lain dan kemudian memenangi persaingan itu.
Kita paham semua bahwa pendidikan
memilik fungsi ganda yaitu fungsi konservatif dan fungsi progresif.Fungsi
konservatif pendidikan adalah fungsi yang bertujuan untuk mewariskan dan
mempertahankan identitas ( nilai-nilai, tradisi, budaya , dan lain-lain) dan
cita-cita suatu masyarakat.sedang fungsi progresif pendidikan adalah fungsi
yang membekali generasi penerus dengan pengetahuan , nilai-nilai dan
keterampilan sehingga mereka memiliki kemampuan dan kesiapan dalam menghadapi
tantangan kehidupan masa depan.